UPTD CIBEUREUM DINAS SDAP KUNINGAN
4.1.1 Sub DAS Cisrigading
Sub DAS Cisrigading secara administratif berada di Desa Padamulya Kecamatan Maleber Kabupaten Kuningan. Luas sub DAS ini adaIah lk. 4.713 Ha hektar dan disusun oleh dua buah anak sungai yang bermuara Sungai Cisrigading yang merupakan bagian suplesi Sungai Cisanggarung. Karakteristik fisik Sub DAS Cisrigading adalah sebagai berikut:
a. Geologi (Litologi/Batuan Penyusun)
Berdasarkan Peta Geologi yang diterbitkan oleh Puslitbang Geologi (sekarang Pusat Survey Geologi, Badan Geologi, DESDM), Sub DAS Citaal disusun oleh Geologi dari Formasi Halang. Berdasarkan pengamatan dan M.Fadhly,2001 daerah penelitian terdiri dari satuan batupasir , batulempung dan aluvium (gambar 4.1). Satuan batupasir terdiri dari batupasir sedang seling tipis dengan batulempung dan batulananu, setempat sisipan breksi. Batupasir ; abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, berbutir halus – kasar, menudut tanggung-membulat tanggung, kemas tertutup-terbuka, pemilahan baik, keras-sangat keras, struktur sedimen perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, konvolut laminasi dan bioturbasi. Batulempung ; abu-abu putih sampai kecoklatan, tebal lapisan 2 -15 cm, keras. Batulanau ; abu-abu sampai abu-abu kehijauan, tebal lapisan 1-10 cm, keras-sedang. Breksi ; abu-abu kecoklatan, komponen andesit, bentuk komponen menyudut tanggung, kemas terbuka, pemilahan sedang, kompak, sangat keras. Satuan batulempung warna Abu-abu kecoklatan – abu-abu kehitaman, berlapis baik, umumnya karbonatan, menyerpih, berselingan tipis dengan batulanau dan batupasir, struktur sedimen perlapisan bersusun, perlapisan sejajar dan bioturbasi. Aluvium terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung merupakan material lepas.
Satuan Batupasir terendapkan lebih dulu kemudian secara melensa satuan batulempung terendapkan. Sedangkan aluvium terendapkan secara tidak selaras dengan batuan sebelumnya. Satuan Batupasir dan satuan batulempung berumur Miosen Atas sampai Pliosen sedangkan aluvium berumur holosen. Kesebandingan Satuan Batupasir dan satuan batulempung merupakan formasi halang (Kastowo,1975).
Struktur Geologi yang berkembang adalah antiklin – sinklin, sesar mendatar dan sesar naik, dengan pola jurus batuan relatif berarah Barat-Timur. Sesar mendatar mengiri (sinistral ) berada pada bagian barat Sub DAS bagian hilir dan Sesar Mendatar menganan (dextral) berada pada bagian timur Sub DAS bagian hulu. Sedangkan sesar naik berada pada bagian hulu SubDAS atau berada pada bagian selatan daerah penelitian.
Gambar 4.1 Batupasir di Sub DAS Cisrigading
b. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng di Sub DAS Cisrigading bervariasi dari kelas lereng 0¬-8% hingga kelas lereng >45%. Berdasarkan Peta Kemiringan Lereng Sub DAS Cisrigading didominasi oleh kelas lereng >45%yaitu seluas 53% dari seluruh luas wilayah sub DAS.
Tabel 4.1 Kemiringan Lereng Sub DAS Cisrigading
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa tk. 88% luas wilayah Sub DAS Cisrigading memiliki kemiringan lereng di atas 15%. Kondisi ini cukup memberikan pengaruh terhadap laju erosi.
c. Jenis Tanah
Jenis tanah di sub DAS Cisrigading berdasarkan Peta Jenis Tanah yang disusun oleh BAPPEDA Kab. Kuningan, seluruh Sub Das Cisrigading ditutupi jenis Podsolik, Latosol dan Regosol. Latosol Coklat dengan nilai faktor erodibilitas tanah 0,43 dan Regosol Kelabu 0,40 menutupi bagian hilir sedangkan di bagian tengah dan hulu sub DAS ini ditutupi oleh jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan dengan nilai faktor erodibilitas tanah 0,43 dan Latosol Coklat.
Tanah Latosol bersifat berbutir, masif, mengandung kaolinit, bersifat tidak plastis, meniris dan tahan terhadap erosi. Tanah Regosol terbentuk dari bahan induk abu dan pasir vullkan intermedier, bertekstur kasar, tanpa ada struktur tanah dengan konsistensi lepas sampai gembur. Jenis tanah regosol ini sangat peka terhadap erosi.
d. Jenis Tutupan Lahan
Berdasarkan Peta Tutupan Lahan yang disusun Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Kuningan penggunaan lahan di Sub DAS Cisrigading didominasi oleh Ladang yang luasnya 45,53% dari total luas wilayah Sub DA5 Cisrigading. Penggunaan lahan lainnya adatah belukar, hutan, padang rumput, pemukiman, perkebunan, sawah irigasi dan sawah tadah (tabel 4.2).
Jenis tutupan lahan berupa ladang yang mendominasi wilayah sub DAS ini berarti bahwa ladang juga berada pada kemiringan lereng >15% atau bahkan >30% yang agak peka terhadap erosi. Kondisi ini akan semakin bertambah peka terhadap erosi bila ladang yang berada pada kemiringan lereng >30% disusun oleh jenis tanah regosol. Faktor lain adalah perilaku tanam yang tidak tepat seperti pembuatan alur tanam yang memotong kontur yang dijumpai di Sub DAS Cisrigading ini.
Tabe1 4.2 Jenis Tutupan Lahan Sub DAS Cisrigading
Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Kuningan,2008
e. Curah Hujan
Berdasarkan data pecatatan curah hujan di stasiun garawangi dari tahun 1999-2008, total curah hujan tahunan yang turun di Sub DAS adalah tertinggi 2569 mm dengan jumlah hari hujan 168 hari pada tahun 2001, dan yang terendah 1436 mm dengan jumlah hari hujan 74 hari pada tahun 2000. Sedangkan intensitas hujan tertinggi dalam satu hari 138 mm terjadi pada bulan pebuari tahun 2003 Selengkapnya mengenai data curah hujan ditampilkan dalam lampiran 1.
Menurut perhitungan perbandingan rata rata bulan kering dan bulan basah (Schmidt & Ferguson) Sub DAS Cisrigading diperoleh Q = 19,23 % termasuk tipe B, kategori basah, nilai Q = 14,3 – 33,3 %
f. Debit Sungai dan Muatan Sedimen Melayang
Berdasarkan data dari hasil pengamatan Stasiun Pengamatan Arus Sungai Cisrigading (gambar 4.2), didapatkan data tinggi muka air sungai dan muatan sedimen melayang untuk masing-masing tinggi muka air tersebut. Selanjutnya nilai tinggi muka air dikonversi menjadi debit sungai.
Gambar 4.3 Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) Cisrigading,
Desa Padamulya Kec. Maleber, Kab. Kuningan.
Data debit sungai dan muatan sedimen melayang ini selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan metode statistik untuk mengetahui tingkat hubungan keduanya. Tingkat hubungan tersebut menjadi indikator kondisi lingkungan DAS dan pembeda karakteristik fisik DAS.
Tabel 4.3 Data Debit Sungai dan Muatan sedimen melayang
pada Sub DAS Cisrigading
Berdasarkan uji normalitas (lampiran 2) untuk data debit sungai dan muatan sedimen melayang, dapat dilihat bahwa Asymp. Sig untuk variabel debit sungai (m3/detik) bernilai >0,15 dan Asymp. Sig untuk variabel muatan sedimen melayang (gr/liter) bernilai >0,15. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan memenuhi asumsi normalitas dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
Berdasarkan Uji Korelasi Pearson (lampiran 2), dapat diketahui bahwa besarnya korelasi antara muatan sedimen melayang dengan debit sungai pada Sub DAS Cisrigading adalah 0,9128. Hubungan ini termasuk pada kategori sangat kuat dengan arah hubungan positif nilai Sig (0,000)<0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berkeratan antara muatan sedimen melayang dengan debit sungai pada Sub DAS Cisrigading. Dari Gambar 4.2 menunjukan bahwa DAS Cisrigading memiliki garis regresi yang ditampilkan dalam persamaan Y = 1.53 x + 0,495, dengan koefisien regresi Y = 1.53 .
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Sedimen Melayang dengan Debit Sub DAS Cisrigading
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan anda komentari tampilan maupun isi blog kami maka anda telah mendukung kemajuan pelayanan di kabupaten kuningan